YOGYAKARTA -- Ketua Sekolah Ilmu Kesehatan (Stikes) 'Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti menandaskan saat ini banyak anak usia sekolah antara 14-16 tahun melahirkan bayi. Banyaknya siswi hamil di luar nikah ini harus dihentikan dengan menguatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Guru Bimbingan Konseling (BK).
Warsiti mengemukakan hal tersebut pada seminar 'Guru Bimbingan Konseling SMU 'Hypnolearning' Guru adalah Sahabat Siswa dalam Upaya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja' di kampus tersebut, Selasa (13/10/2015). Seminar diikuti guru Bimbingan Konseling (BK) dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.
Warsiti mengharapkan seminar ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru BP di sekolah-sekolah menengah umum (SMU). Sehingga para siswa memiliki wadah untuk konsultasi tentang reproduksi di sekolah. "Kejadian anak melahirkan bayi harus ditekan," tandas Warsiti.
Dijelaskan Warsiti, perempuan dan laki-laki yang masih berusia 14-16 disebut anak. "Sebetulnya untuk pengetahuan kesehatan reproduksi sudah diajarkan sejak usia SD," katanya.
Sementara Awang Sewoko, Plt Kepala Sub Bina Ketahanan Remaja Perwakilan BKKBN DIY mengatakan remaja memiliki kerentanan tinggi. Mereka sangat mudah dipengaruhi teman sebaya yang sering mendorong untuk berbuat hal yang negatif. Misalnya, belum memiliki pacar didorong untuk mempunyai pacar. Setelah berpacaran didorong untuk berbuat di luar batas dan terjadi hamil di luar nikah.
Selain itu, kata Awang, remaja mengalami kesulitan untuk menemukan info tentang kesehatan reproduksi. Media massa, khususnya intpernet memudahkan remaja untuk mendapatkan info tentang sex. "Komunikasi siswa dengan orang tua dan guru BK juga menjadi pemicu perilaku sex menyimpang," kata Awang.
Sebagai solusi, kata Awang, perlu menanamkan pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar kepada seluruh remaja. Penguatan iman kepada remaja agar bisa membentenginya. Selain itu, juga meningkatkan jumlah pusat pelayanan kesehatan reproduksi dan memadahi. ***